Minggu, 24 Mei 2015

Apresiasi Film

Apresiasi Film


Diah Pramesthi Ningrum
XI Science DA




Judul Film    : Le Fabuleux Destin d'Amelie Poulain
Tahun rilis    : 2001
Sutradara     : Jean-Pierre Jeunet. 
Penulis          : Guillaume Laurant dan Jean-Pierre Jeunet.
Pemain         : Audrey Tautao, Mathieu Kassovitz, Rufus Pijar, Medan.
Genre            : Komedi romantis.

Sinopsis Film :                   

Amelie Poulain adalah seorang gadis kecil yang tumbuh dalam keluarga yang aneh. Ayahnya sangat dingin kepadanya, sedangkan ibunya adalah seorang guru yang kemudian meninggal dunia. Untuk mengenang ibunya, Sang Ayah membuat sebuah kuil kecil yang dihiasi kurcaci.

Saat beranjak dewasa, Amelie bekerja sebagai pelayan di sebuah bar. Orang-orang yang berada di sekitarnya pun cenderung memiliki perilaku yang tidak biasa. Begitu pun dengan Amelie, dia sering melakukan hal-hal yang aneh dan memiliki imajinasi yang luas.

Semua hal berubah ketika peristiwa kematian Putri Diana. Perjalanan Amelie mencari jati dirinya pun dimulai. Di awali dengan ditemukannya sebuah kotak milik seseorang yang tinggal di apartemennya dahulu. Ia berniat mencari orang tersebut dan mengembalikannya tanpa membuka identitas dirinya. Sejak itu, ia berniat membahagiakan seluruh orang di sekitarnya.

Banyak hal yang Amelie lalui saat membantu orang lain. Ternyata hal-hal tersebut mengantarkannya untuk menemukan cinta. Ia merasa tertarik kepada seseorang yang ingin ia bantu. Salah satu orang yang telah dibantu Amelie membalas perbuatan baiknya dengan mempertemukan Amelie dengan orang yang ia cintai. Akhirnya Amelie dapat bersama dengan orang yang ia cintai.

Apresiasi Film :
            Secara keseluruhan, saya cukup menikmati film Amelie. Film ini menyuguhkan cerita perjalanan hidup Amelie sejak ia kecil sampai ia bertemu dengan kekasihnya. Banyak pesan yang ada dalam film ini, terutama yang menyangkut dengan kehidupan, seperti bagaimana arti kehidupan. Akan tetapi, takhanya itu, jika diperhatikan secara seksama masih banyak hal yang dapat kita ambil sebagai pesan moral dalam film ini.

Sepanjang film, penonton diajak merasakan senang, penasaran, tegang, iba, dan sesekali tertawa.  Dengan latar dan suasana kehidupan sehari-hari negara Perancis yang sangat mendukung, membuat penonton dengan mudah terhanyut ke dalam cerita film ini. Dari segala unsur film, mulai dari alur, tokoh, latar, tema dan amanat, semuanya disajikan dan disampaikan dengan baik, dan setiap unsur saling mendukung satu sama lain.

Berikut keterangan nilai-nilai dari Film Amelie menurut saya, yang terdiri dari :

-          Nilai hiburan : Menurut saya, film Amelie disajikan dengan cara yang baik. Dalam film ini, penonton diajak untuk mengikuti cerita kehidupannya. Kadang penonton dibuat sedih, senang, tegang dan diselingi dengan tertawa. Cerita ini memiliki alur cerita yang sederhana dan mudah dipahami, namun penonton merasa cukup sulit untuk menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Saat pertama kali menontonnya pun penonton sudah dibuat penasaran dengan karakter tokoh yang sangat tidak biasa. Hal ini membuat orang ingin mengetahui bagaimana kelanjutannya sampai selesai. Akan tetapi, beberapa kali penonton dibuat bosan di tengah-tengah cerita, namun selalu saja ada hal yang baru yang tidak terduga terjadi dalam film tersebut, sehingga menaikkan kembali daya tarik penonton. Ditambah lagi dengan latar yang sangat unik yang digunakan dalam film ini. Pemandangan Negara Perancis yang sangat indah, yang dilihat dari berbagai sudut pandang disajikan dalam film ini.

-          Nilai pendidikan : Banyak hal yang dapat penonton pelajari setelah menonton film ini, seperti :
1.      Sebaiknya tidak mengambil kesimpulan dengan sangat cepat tanpa mencari buktinya terlebih dahulu (saat ibu Amelie mengira anaknya memiliki keterbelakangan, sehingga ia memutuskan untuk menyekolahkan anaknya di rumah).
2.      Selalu menghargai orang tua, walaupun kita takmenyukai caranya meperlakukan kita (ayah Amelie sangat bersikap dingin kepadanya, namun saat Amelie bekerja, ia tetap meluangkan waktunya mengunjungi ayahnya).
3.      Bertoleransi dengan lingkungan sekitar (Amelie selalu menghargai orang-orang di sekitarnya walaupun mereka bertindak aneh).
4.      Selalu membantu orang lain dan berusaha membuat orang lain merasa senang, karena suatu saat tanpa disadari kita juga akan memerlukan mereka (Amelie membantu banyak orang disekitarnya dan berusaha membuat mereka bahagia).
5.      Saat melakukan kebaikan pasti akan mendapat kebaikan pula (saat Amelie membantu banyak orang, di akhir cerita ia juga dibantu oleh orang lain).
Selain berbagai pelajaran yang dapat diambil dari Film Amelie, ada juga beberapa perbuatan yang ada dalam film tersebut yang tidak patut ditiru. Contohnya melakukan seks bebas, masuk ke rumah orang lain tanpa sepengetahuannya, dan membuat orang lain senang dengan kebohongan. Hal ini masih sangat tidak pantas jika ditiru dalam kehidupan kita di Indonesia, karena bertentangan dengan kebudayaan kita.

-          Nilai artistik : Dalam Film Amelie hampir seluruh bagian film disajikan dengan latar yang indah, unik, dan tertata rapi. Selain itu, pengambilan gambarnya pun dilakukan dengan sedemikian rupa, sehingga membuat film tersebut dapat lebih dinikmati dan pesan yang ingin disampaikan pembuat film dapat tersampaikan dengan baik. Penonton disajikan banyak keadaan Negara Perancis dalam kehidupan sehari-hari namun hal tersebut terasa tidak membosankan. Juga beberapa latar yang digunakan film ini, seperti di taman sangat lah menarik. Ditambah lagi dengan penamplan tokoh utama, Amelie, yang mempunyai gaya rambut yang tidak biasa cukup menarik perhatian penonton. Perilaku tokohnya pun juga mudah diterima oleh penonton karena telah terbawa ke dalam cerita tersebut. Terlebih saat Amelie berimajinasi tentang dirinya sendiri, membayangkan hal aneh tentang dirinya sendiri, lalu ia berada di tempat lain dengan suasana yang mendukung imajinasinya.

Setelah menonton Film Amelie, saya mendapat sedikit pencerahan tentang arti kehidupan, seperti dalam hidup jangan hanya memikirkan kebahagian diri sendiri, namun sesekali membuat orang lain senang itu juga sangat penting, karena suatu saat kebahagian mereka adalah kebahagian kita juga.


Referensi : http://orinta21.blogspot.com/p/movie.html http://id.wikipedia.org/wiki/Le_Fabuleux_Destin_d'Am%C3%A9lie_Poulain http://diadayonk.blogspot.com/2010/03/amelie.html http://frenchmovielover.blogspot.com/2013/04/le-fabuleux-destin-damelie-poulain.html#.VWHnePmqqko

Jumat, 28 November 2014

Analisis Cerita Ulang

Nama : Diah Pramesthi Ningrum
Kelas : XI Science DA
Tugas Bahasa Indonesia – Membandingkan dua cerita ulang yang memiliki cerita yang sama.

Legenda Gunung Batu Balai

Pada zaman dahulu, hidup seorang perempuan tua di tengah-tengah hutan Mentok, Bangka Belitung. Ia mempunyai anak bernama Dempu Awang yang memilki tanda goresan bekas luka terjatuh di keningnya. Kehidupan mereka sangat sederhana. Mereka hidup dari hasil ladang yang ditanami ubi, ketela dan lain-lain. Karena hasi ladang yang mereka peroleh sangat sedikit, Dempu Dawang bermaksud merantau mencari pekerjaan yang lebih baik. Ia mengungkapkan hal itu kepada ibunya dan sang ibu mengizinkannya merantau, dengan syarat ia harus kembali suatu saat nanti menemui ibunya.
Beberapa hari kemudian, Dempu Awang pamit kepada ibunya untuk merantau. Sepeninggal Dempu Awang merantau, sang ibu hanya tinggal seorang diri di tengah hutan. Ia selalu berdoa agar anaknya selamat dan mendapat pekerjaan. Dempu Awang pergi menumpang perahu layar milik orang lain. Karena tidak mempunyai ongkos naik perahu, ia bersedia menjadi anak buah pemilik perahu tersebut.
Tidak terasa sepuluh tahun telah berlalu. Berkat doa sang ibu, sekarang Dempu Awang telah menjadi seseorang yang kaya raya dan telah berkeluarga. Ia mempunyai seorang istri anak orang kaya yang sangat cantik. Namun ia tidak pernah memberikan kabar kepada ibunya. Kemudian Sang istri sangat ingin menemui ibu mertuanya, ia mengungkapkan hal tersebut kepada Dempu Awang dan Dempu Awang pun menurutinya.
Suatu hari, Dempu Awang bersama istrinya berangkat ke Mentok dengan menggunakan perahu layar miliknya sendiri. Tak berapa lama kemudian sampailah perahu layarnya di perairan kampung halamannya. Ketika melihat perahu layar Dempu Awang berlabuh, para nelayan yang berada di pinggir pantai perairan itu mengayuhkan sampan mereka mendekati perahu layar tersebut. Kemudian mereka melihat Dempu Awang bersama istrinya berdiri di pinggir geladak. Ia member isyarat agar nelayan-nelayan tersebut naik ke perahunya.
Beberapa nelayan naik ke perahu Dempu Awang, lalu Dempu Awang menanyakan kepada mereka, bagaimana keadaan ibunya. Para nelayan tersebut mengatakan bahwa ada seorang wanita tua yang hidup sendiri di tengah hutan. Mendengar hal itu, Dempu Awang meminta tolong kepada nelayan tersebut agar membawa wanita tua itu ke perahunya. Ia ingin memastikan apakah wanita tua itu ibunya atau orang lain yang mengaku sebagai ibunya. Para nelayan tersebut menuruti permintaan Dempu Awang, mereka menjemput wanita tua itu di tengah hutan.
Para nelayan tersebut kembali ke perahu bersama seorang wanita tua. Ketika Dempu Awang melihat wanita tua renta yang dibawa oleh para nelayan yang ia ketahui adalah ibunya sendiri hendak menaiki tangga perahu, cepat-cepat ia menyuruh para nelayan mengusir wanita tua itu.
“Jangan suruh ia naik ke perahu! Dia bukan ibu saya! Dia petani yang tidak kukenal!” teriaknya, Dempu Awang sangat malu mengakui ibunya yang sudah tua renta dan berpakaian compang camping di hadapan istrinya.
“Dia adalah ibunda Tuan.” kata para nelayan.
Sementara itu, di pinggir perahu perempun tua itu berkata, “Benar, saya adalah ibumu yang kamu tinggalkan sepuluh tahun yang lalu. Tanda goresan bekas luka terjatuh di keningmu itu adalah buktinya.”
Mendengar perkataan wanita tua itu Dempu Awang menjadi marah dan tidak memberi kesempatan kepada perempuan tua itu menaiki perahunya. Melihat kejadian itu, istrinya berkata, “Terimalah ibumu, jangan menjadi anak yang durhaka dan jangan malu.”
“Jangan suruh dia naik ke perahu! Dia bukan ibu saya! Dia …” teriaknya kembali tanpa memedulikan perkataan istrinya. Kemudian Dempu Awang mendorong wanita itu sampai terjatuh dari pinggir perahu ke sampan yang membawanya tadi. Para nelayan sangat sedih melihat keadaan wanita itu, lalu mereka mengayunkan sampannya, membawa wanita itu pulang.
Di dalam sampan, wanita tua itu berlutut sambil mengangkat kedua belah tangannya ke atas dan memohon kepada Yang Maha Esa agar memberikan balasan yang setimpal kepada Dempu Awang yang telah menjadi anak durhaka dan tidak mengakui ibu kandungnya.
Tiba-tiba turun angin ribut dan hujan lebat ditambah Guntur dan petir saat Dempu Awang hendak berlayar meninggalkan perairan kampung halamannya. Gelombang laut setinggi gunung menghantam kapal Dempu Awang. Saat itu juga perahu Dempu Awang pecah terbelah dua lalu karam. Setelah angin rebut dan hujan reda, Dempu Awang bersama perahunya telah berubah menjadi batu, sedangkan istrinya menjadi seekor kera putih.
Oleh masyarakat setempat, batu tersebut diberi nama Batu Balai karena pada zaman dahulu, di samping batu itu terdapat sebuah balai, yakni sebuah kantor pemerintahan yang biasa dijadikan sebagai tempat bermusyawarah. Batu  tersebut terletak sejauh 3,5 kilometer dari Mentok. Batu  itu berukuran 8x6 meter dan tingginya 5 meter. Batu tersebut masih ada sampai sekarang dan masih terpelihara dengan baik.


Legenda Gunung Batu Bangkai

Pada zaman dahulu, tinggal seorang pemuda bersama ibunya di Loksado, Kalimantan Selatan. Pemuda tersebut dipanggil Andung Kuswara oleh penduduk sekitar. Dia adalah seseorang yang cerdas dan memiliki keterampilan medis yang ia pelajari dari mendiang ayahnya. Setiap hari ia bekerja keras pergi ke hutan mencari buah-buahan dan sayuran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Suatu hari ia menemukan seorang pria tua meremas buruk dalam perjalanan pulang. Andung Kuswara membantu pria itu dan menyembuhkannya. Setelah pria tua itu sembuh, pria tua itu memberikan sesuatu yang tergantung di lehernya kepada Andung Kuswara sebagai rasa terima kasih dan berkata semoga benda itu membawa nasib baik. Lalu Andung Kuswara melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.
Sebenarnya Andung Kuswara menikmati hidupnya saat ini, tetapi ia ingin kehidupan yang lebih baik. Ia berniat untuk merantau dan mempraktikkan keterampilan medisnya. Ia mengungkapkan niat tersebut pada ibunya, dan ibunya mengizinkannya.
Keesokan pagi, Andung Kuswara meninggalkan tanah kelahirannya ke luar negeri, sampai ia tiba di Kerajan Basiang. Ia bertemu dengan seorang petani yang tubuhnya penuh penyakit kudis. Andung Kuswara mencoba menyembuhkan penyakit tersebut dan ia berhasil. Petani tersebut menawarkan Andung Kuswara tinggal di rumahnya sebagai tanda terima kasih. Petani itu juga memberi tahu jika hampir semua penduduk negeri itu sedang menderita penyakit yang sama. Berita tentang keterampilan medis Andung Kuswara tersebar sangat cepat dan banyak orang berbondong-bondong datang kepada Andung Kuswara untuk menyembuhkan penyakit. Tentu saja semua penyakit yang mereka miliki dapat disembuhkan oleh Andung Kuswara
Raja Basiang mendengar berita tentang keterampilan medis Andung Kuswara. Ia mengundang Andung Kuswara ke istana untuk mengobati puterinya yang telah tidak sadar selama dua minggu. Sebelumnya,  ia telah mengundang banyak tabib untuk mengobati puterinya tetapi masih belum berhasil. Andung Kuswara diizinkan masuk ke kamar sang puteri. Sang Puteri terbaring dengan wajah yang sangat pucat dan tubuh yang lemah, hal itu tidak bisa menutupi kecantikkannya dan Andung Kuswara sangat kagum melihatnya. Ia mencoba mengobati Sang Puteri dengan cara seperti biasa tetapi tidak berhasil. Ia mencari cara lain, ia mengambil kalung pemberian pria tua yang dahulu diberikan padanya dan merendamnya dalam segelas cangkir dan mengusapkannya di wajah sang puteri. Tiba-tiba sang puteri terbangun dan sembuh dari penyakitnya.
Sang raja sangat berterima kasih pada Andung Kuswara. Andung Kuswara diperbolehkan untuk menikahi puterinya. Sang puteri  sangat senang menyambut Andung Kuswara sebagai suaminya. Hal yang sama juga dirasakan oleh Andung Kuswara. Satu tahun berlalu dan Sang Puteri telah hamil. Dia mengatakan pada suaminya bahwa ia ingin memakan buah kasturi yang hanya tumbuh di Pulau Kalimantan. Andung Kuswara bersama prajuritnya pergi untuk mencari buah Kasturi menuju daerah yang banyak tumbuh pohon kasturi di Loksado, Pulau Kalimantan. Ia mencari pohon kasturi dan menemukannya di depan gubuk kecil. Ia sangat terkejut mengetahui itu adalah gubuk kecil ibunya. Andung Kuswara segera memerintahkan pasukan untuk kembali ke kerajaan itu tanpa mengambil buah untuk menghindari pertemuan ibunya sendiri.
Akan tetapi, tiba-tiba ibu Andung Kuswara keluar dari gubuk itu dan melihat anaknya di antara pasukan di depan rumahnya. “Andung … Andung … anakku...” ia mencoba memanggil anaknya. Andung Kuswara dan pasukannya terus berjalan untuk menjauh dari ibunya. Namun, sang ibu berlari mengejar mereka dan terus memanggil anaknya. Merasa malu di depan pasukannya sendiri, Andung Kuswara marah dengan ibunya dan berkata, “Berhenti panggil aku sebagai anakmu, perempuan tua!  Aku seorang bangsawan Kerajaan Basiang. Aku tidak pernah tahu seorang wanita tua sepertimu!” ucapnya. Setelah itu  Andung Kuswara melanjutkan perjalanannya.
Ibu Andung Kuswara sangat terkejut mendengar kata-kata dari putra kesayangannya. Dia menangis dan berdoa dengan bibir gemetar, “Oh Tuhan, tunjukkanlah kekuasaan dan keadilan-Mu.” Belum kering air liur tua renta itu berdoa, hallintar menyambar membelah bumi, kilat sambung-menyambung, langit mendadak gelap gulita dan badai bertiup menghempas keras. Kemudian hujan lebat tumpah dari langit. Dari kejauhan, Andung Kuswara berteriak keras “Maafkan aku, ibu!” tapi siksa Tuhan tak dapat dicabut lagi. Tiba-tiba Andung berubah menjadi sebuah batu.
Sejak saat itu, penduduk di sekitar Loksado menamai batu tersebut dengan sebutan Gunung Batu Bangkai, karena batu itu mirip sekali dengan bangkai manusia dan berada di atas gunung. Gunung Batu Bangkai ini dapat dijumpai di Kecamata Loksado, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.
Dikutip dari : http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/13-legenda-gunung-batu-bangkai#
Analisis Cerita

Cerita Legenda Gunung Batu Balai adalah cerita yang berasal dari Bangka Belitung, sedangkan Legenda Gunung Batu Bangkai adalah cerita yang berasal dari Kalimantan Selatan. Jika kedua cerita tersebut dianalisis dan dibandingkan, akan ada perbedaan dan kesamaan dari kedua cerita di atas.
 Kesamaan kedua cerita tersebut, di antaranya :
·      Kedua cerita tersebut diceritakan dengan cara yang sama, yaitu watak tokoh tidak diberi tahu secara langsung, melainkan dengan penggambaran perilaku tokoh. Selain itu, kedua cerita tersebut menggunakan bahasa yang Indonesia yang mudah dimengerti.
·      Dari segi jenis cerita, kedua cerita merupakan cerita ulang imajinatif, yaitu kejadian yang diceritakan belum tentu benar-benar terjadi.
·      Dari segi sudut pandang, kedua cerita tersebut bersudut pandang orang ketiga sebagai pengamat, karena seperti yang kita ketahui, kebanyakan dari cerita ulang menggunakan sudut pandang orang ketiga.
·      Dari segi penokohan, dalam kedua cerita tersebut memiliki kesamaan, yaitu sifat sang anak yang durhaka dan sifat sang ibu yang penyabar. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh keinginan pengarang yang sama, yaitu memberikan amanat kepada seseorang yang berbuat durhaka.
·      Dari segi garis besar cerita dalam Legenda Gunung Batu Balai dan Legenda Batu Bangkai menceritakan seorang wanita dengan anak laki-lakinya yang hanya tinggal berdua dan hidup susah. Kemudian anak laki-lakinya memutuskan untuk pergi merantau untuk memperbaiki kehidupan mereka. Setelah beberapa tahun merantau, ia menjadi sukses dan telah mempunyai seorang isteri tetapi melupakan ibunya. Saat ia bertemu dengan ibunya, mereka merasa malu mengakui ibunya sendiri dan tidak mau mengakuinya dihadapan orang lain. Setelah itu, sang ibu berdoa kepada Tuhan agar anaknya diberi balasan yang setimpal. Lalu, sang anak berubah menjadi batu. Kesamaaan garis besar cerita bisa disebabkan oleh keinginan pengarang agar masyarakat dapat mengerti cerita dengan mudah, karena memang cerita dengan alur seperti ini yang paling terkenal dan mudah dipahami. Selain itu, dalam kedua cerita, sang anak berubah menjadi batu karena batu adalah benda yang paling banyak ditemui dan paling sering dianggap sebagai jelmaan dari sesuatu karena bentuknya yang berbeda-beda dan unik.
·      Dari segi amanat cerita, kedua cerita memberikan amanat agar seorang anak tidak menjadi durhaka kepada ibunya karena suatu saat nanti pasti mereka akan mendapatkan akibatnya. Kemungkinan pembuatan cerita berawal dari pengarang yang menemui bentuk batu yang aneh, lalu pada lingkungannya saat itu banyak anak-anak yang berbuat durhaka kepada orang tuanya, akhirnya sang pengarang menghubungkan cerita akibat seorang anak jika berbuat durhaka dengan bentuk batu yang unik yang kemudian dianggap sebagai kutukan pada anak durhaka tersebut.

Beberapa perbedaan ditemukan dari kedua cerita tersebut, di antaranya :
§  Pekerjaan yang dilakukan tokoh dalam cerita Legenda Gunung Batu Balai adalah bertani, sedangkan pekerjaan tokoh dalam Legenda Gunung Batu Bangkai adalah pencari buah dan sayur dalam hutan. Hal ini dilatarbelakangi oleh keadaan tanah di Kalimantan Selatan yang gersang serta kurang subur dan keadaan tanah di Bangka Belitung yang subur.
§  Perbedaan cara memperbaiki nasib sang anak laki-laki dalam kedua cerita. Dalam Legenda Gunung Batu Balai dikisahkan sang anak menjadi menantu orang kaya raya, namun sebelumnya ia menjadi anak buah seorang pemilik perahu. Dalam keadaan ini bisa diketahui bahwa di Bangka Belitung banyak orang yang berprofesi sebagai pelaut atau nelayan.
Berbeda dengan Legenda Gunung Batu Bangkai, dikisahkan sang anak memiliki kemampuan medis yang tergolong supernatural yang membuat ia sukses. Hal ini dilatarbelakangi oleh kebanyakan masyarakat Kalimantan Selatan masih mempercayai hal-hal yang berbau magis bahkan hingga saat ini.
§  Latar yang banyak digunakan dalam kedua cerita. Kebanyakan latar dalam Legenda Gunung Batu Balai adalah lautan atau tempat yang berhubungan dengan perairan, sedangkan latar yang banyak digunakan dalam Legenda Gunung Batu Bangkai adalah hutan. Hal ini dilatarbelakangi oleh keadaan geografis Bangka Belitung yang memiliki banyak pantai dan banyak akses menuju daerah pantai atau lautan tersebut, sedangkan daerah Kalimantan Selatan yang memiliki banyak hutan.
§  Watak tokoh dalam Legenda Gunung Batu Balai cenderung lebih keras kepala dan kasar. Hal ini dapat dilihat dari percakapan tokoh dan kelakuan tokoh yang digambarkan. Seperti saat sang ibu yang tetap mendekati anaknya walaupun ia sudah ditolak lalu tindakan kasar sang anak kepada ibunya. Hal ini dapat dilatarbelakangi oleh kehidupan yang keras di Bangka Belitung yang keras yang dapat diketahui dari sang anak yang rela menjadi anak buah pemilik perahu.
Berbeda halnya dengan Legenda Gunung Batu Bangkai, dengan mudahnya sang anak menjadi sukses dengan kemampuannya sendiri. Bisa diketahui kehidupan di Kalimantan Selatan saat itu tidak sekeras kehidupan di Bangka Belitung sehingga watak tokoh yang digambarkan tidak keras kepala dan lebih sensitif. Deperti saat sang ibu yang mengejar anaknya, namun ia tak memaksakannya dan ia terlanjur sakit hati lalu meminta Tuhan membalasnya. Juga saat sang anak tengah dikutuk ia masih mengucapkan kata maaf.
§  Dari cara pemberian nama batu, dalam Legenda Gunung Batu Balai  memberikan nama Batu Balai berdasarkan letak batu yang berdekatan dengan sebuah balai, nama balai tersebut juga bisa diasumsikan bahwa mereka memberi nama berdasarkan fungsi sesuatu. Sedangkan  dalam Legenda Gunung Batu Bangkai, nama batu bangkai diberikan berdasarkan bentuk dari batu tersebut.
§  Dalam Legenda Gunung Batu Bangkai, ditunjukkan kekayaan alam yang dimiliki  daerah Kalimantan Selatan, dapat diketahui saat disebutkan buah kasturi yang hanya tumbuh di Pulau Kalimantan sedangkan pada Legenda Gunung Batu Baai tidak disebutkan sesuatu yang khas atau yang hanya terdapat di daerah itu.
Demikian analisis dari kedua cerita tersebut. Hal yang bisa disimpulkan adalah perbedaan daerah asal cerita dibuat dapat menyebabkan berbedanya beberapa unsur cerita, walaupun secara garis besar isi kedua cerita sama.

Selasa, 18 November 2014

Masa Sekolah Menengah Pertama



Tugas Bahasa Indonesia - Cerita Berulang
Diah Pramesthi Ningrum
XI Science DA

 Masa Sekolah Menengah Pertamaku

            Masa Sekolah Menengah Pertama untukku adalah masa-masa yang tidak bisa aku lupakan. Saat-saat aku melakukan semua hal yang aku mau, seakan aku merasa semua perbuatanku lah yang paling benar dan semua pemikiranku yang paling dewasa. Padahal semua itu hanya hasil dari kelabilanku. Setiap aku mengingatnya pasti aku akan malu dan tertawa sendiri.

            Ketika SMP aku memiliki 3 orang teman baik dan aku selalu bersama mereka setiap hari di sekolah. Aku selalu bergaul, bercerita, dan bermain hanya bersama mereka. Mereka orang yang sangat terkenal dan cukup berpengaruh di sekolah. Pertama adalah Nadea, orang yang terkenal karena rasa percaya dirinya yang tinggi juga kemampuan bergaulnya yang baik. Selain itu, ia juga terkenal dengan keberaniannya berdebat dengan guru. Kedua adalah Sonia, dia sangat cantik dan juga pintar. Dia adalah ketua kelas selama 3 tahun berturut-turut dan dia sangat bertanggung jawab. Terakhir Nanda, orang yang cantik, keren dan terkenal selalu menjalin hubungan dengan orang yang berpengaruh di sekolah. 

Kami berempat berteman sejak tahun pertama sampai tahun ketiga SMP. Kami sangat mengenal satu sama lain dan tingkat solidaritas kami bisa dibilang sangat tinggi. Secara pribadi, aku bukan lah orang yang bisa hidup mematuhi semua aturan setiap saat. Di samping itu, aku tidak ingin terlihat berbeda dengan teman-teman baikku. Beberapa saat setelah mengenal mereka, aku menyadari bahwa kami berempat memiliki sifat yang sama.

 Sekolahku melarang siswanya mengendarai motor ke sekolah, tetapi kami tetap saja membawanya setiap hari, terlebih tanpa rasa bersalah kami berjalan dan tertawa bersama sepanjang jalan dari parkiran motor sampai gerbang sekolah. Beberapa hari menjelang Ujian Nasional tingkat SMP, kami banyak diberikan tugas di buku Detik-Detik Ujian Nasional. Pada saat itu juga komik Detective Conan sedang naik daun di kelas kami, semua orang membacanya termasuk aku dan ketiga temanku. Jujur saja aku sangat ketagihan membacanya, bahkan dalam satu hari aku bisa membaca 8 komik. Akan tetapi, membawa komik bukan lah hal yang diperbolehkan sekolah. Karena tidak bisa menahan untuk tidak membacanya, saat tidak ada guru dan kami diberikan tugas di buku Detuk-Detik Ujian Nasional, aku menyelipkan komik di balik buku itu seolah-olah dari kejauhan orang mengira aku sedang belajar, sehingga saat ada guru yang tiba-tiba masuk kelas tidak akan menyadari jika aku sedang fokus membaca komik.

            Hal yang paling sering dilanggar banyak siswa adalah membawa hand phone berkamera ke sekolah. Karena ketiga temanku membawanya, sebagai bukti dari solidaritas dan tidak ingin terlihat berbeda aku juga membaanya ke sekolah. Sampai suatu kejadian terjadi, Nanda sedang men-charge hand phone-nya melalui stop kontak di depan kelas, di samping papan tulis sembari ia sibuk memainkannya. Hal itu terbilang sangat nekat karena letak kelas kami saat itu bersebelahan dengan ruang guru, tetapi ia seolah tidak peduli. Sedangkan aku hanya memainkan hand phone-ku di meja barisan depan berseberangan dengan Nanda. Sonia dan Nadea sibuk bercerita di meja belakang tentang hal-hal yang baru ditemukan Nadea di Facebook melalui hand phone-nya. Tiba-tiba seorang guru masuk ke kelas kami mendapati Nanda memainkan hand pone-nya di depan kelas. Aku yang melihatnya secara spontan memasukkan hand phone-ku ke dalam laci di bawah meja lalu memerhatikan guru tersebut dengan perasaan takut. Seketika suasana kelas berubah menjadi tegang karena guru tersebut marah di hadapan kami semua.

Aku cukup terbawa suasana dan menjadi lebih takut lagi membayangkan jika hand phone-ku juga ketahuan, aku putuskan untuk menyelipkan hand phone-ku di antara buku-buku di bawah laci. Karena aku benar-benar ketakutan dan tidak kuat menahan rasa bersalah, aku putuskan akan membawa buku yang aku selipkan hand phone tersebut ke arah Sonia dan Nadea di meja belakang dan menyembunyikannya di sana. Aku mulai berdiri dan hendak berjalan secepatnya, tetapi tiba-tiba, “Praaang”, hand phone-ku terjatuh dengan lancarnya ke lantai, mungkin hal itu terjadi karena aku terlalu terburu-buru, atau itu memang hari sialku. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya dan membiarkannya di lantai begitu saja. Perhatian guruku teralih padaku dan langsung mengambil hand phone-ku di lantai lalu menyitanya. Setelah guru tersebut keluar, semua siswa di kelas langsung menertawai hal bodoh yang aku lakukan. Jujur saja, aku tidak merasa terlalu bersalah, malu, atau takut, karena Nanda juga mengalami hal yang sama. Tidak jera dengan hal yang telah terjadi, beberapa hari setelah hand phone kami dikembalikan, kami membawanya kembali beberapa hari kemudian, lalu berfoto, membuat banyak video dan online bersama.

Ketika mengingat hal-hal bodoh seperti itu membuat aku sering bertanya pada diriku sendiri, apa yang aku pikirkan pada saat itu? Akan tetapi, sekarang aku sadar, tidak ada hal yang percuma dan yang aku lakukan dahulu tidak lah percuma. Aku bisa belajar dari hal-hal yang aku lakukan di masa lalu, dan berusaha untuk tidak melakukannya lagi dan mencoba untuk menjadi lebih baik di masa depan. Hal-hal itu pun menjadi cerita yang paling berkesan untukku.

Jumat, 15 Agustus 2014

Postingan Baru



Hari pertama aku masuk ke sekolah baruku, ini memang hal yang biasa bagiku, ya karena aku memang selalu pindah sekolah paling tidak 2 tahun sekali. Haha, apalagi kalau bukan karena pekerjaan ayahku.
Aku memasuki kelas baruku, teman-teman baru, tempat baru dan suasan baru tapi tentunya masih dengan kemampuanku yang pas-pasan. Jujur saja aku bukanlah termasuk orang yang bisa menangkap pelajaran dengan cepat dan mudah. Aku memerlukan cukup banyak waktu dan latihan untuk mengerti suatu pelajaran.
Aku menduduki bangku kosong di tengah kelas, di sebelah kiri seorang laki-laki yang hanya diam dan memandangi sekitarnya bergantian dari bangkunya serta di sebelah kanan seorang perempuan yang memandangiku dengan senyumannya, sepertinya ia hendak berbicara padaku.
Aku membalas senyumannya dan setelah itu kami bercerita banyak tentang diri kami, Selly namanya dan ternyata rumahnya tidak terlalu jauh dengan rumahku, menyenangkan sekali baru pertama masuk sekolah ini aku sudah memiliki teman baru.
Bel sekolah berbunyi, kami memulai pelajaran. Ternyata pelajaran matematika, aku sangat menyukai pelajaran ini sebenarnya, tetapi karena kemampuanku tidak memadai kurasa easa sukaku sedikit berkurang. Pak guru mulai menjelaskan sebuah materi kepada kami, aku mencoba focus dan memperhatikannya.
Saat beliau selesai menjelaskan kami diberi beberapa soal, hasilnya aku tidak mengerti satu pun. Aku melihat sekelilingku, mereka terlihat sibuk dengan soal-soal yang diberikan itu. Terlebih laki-laki di sampingku, seperti badai pun tak akan bisa mengganggunya. Saat pembahasan soal laki-laki itu terlihat sangat antusias dengan pelajaran ini. Satu kesimpulan yang aku tarik adalah dia orang yang pintar.
Pelajaran berganti, pelajaran kimia, diawali dengan pembahasan dan lagi-lagi dilanjutkan dengan soal. Aku kembali kesusahan mengerjakannya. Saat aku melihat laki-laki itu, ia terlihat dapat mengerjakan soal-soal dengan lancar.
Waktu istirahat tiba, aku memilih untuk berdian di kelas, lagi-lagi aku memandangi laki-laki di sampingku, ia tidak keluar, hanya diam di bangkunya dan memainkan pulpen. Sesekali ia tersenyum menanggapi teman-temannya yang bercanda. Ia berdiri, badannya cukup tinggi dan cukup ideal untuk seorang laki-laki.
Oke, aku akui kata-kata itu -kita bisa jatuh cinta dengan seseorang dalam waktu satu detik- benar adanya. Sosoknya yang diam, cuek dan cukup misterius. Bagiku kepandaian dan kefokusan seseorang sangat menarik, untuk tampang dan penampilan sih nomor sekian. Tak lama segerombolan teman-teman perempuan sekelasku datang menghampiri dan megajak kenalan. Aku bercerita dan bertanya banyak pada mereka.
Jam olahraga tiba, jujur aku sama sekali tak pandai di bidang olah raga. Aku hanya diam di tempat yang teduh melihat teman-temanku berolahraga. Karena ini pertemuan kami yang pertama, kami bisa bebas melakukan apa saja di luar kelas. Aku melihat laki-laki yang duduk di sampingku tadi. 10 menit pertama ia bermain basket, 10 menit berikutnya ia bermain voli, 10 menit berikutnya lagi ia bermain bulu tangkis dan 10 menit berikutnya ia bermain futsal. Dan yang membuat aku semakin tertarik adalah ia bisa memainkan semua olahraga itu dengan sangat baik. Amazing!
Aku bertanya pada Selly, bagaimana sebenarnya laki-laki itu. Dia menjawab namanya Ferdian, dia sangat pandai di berbagai mata pelajaran, orangnya memang suka diam, tetapi sekali berbicara ia akan membuat seisi kelas tertawa. Dia juga sangat aktif di kelas dan kegiatan di luar kelas. Sangat menarik orang ini.
Tiba-tiba ada salah satu anak perempuan terjatuh karena tersandung batu, spontan ferdian yang berada paling dekat dengannya langsung menolongnya berdiri. Kalian tau apa yang ada di pikiranku, aku semakin senang karena ia ringan tangan tetapi di samping itu aku cemburu karena yang ditolongnya perempuan.
Hari-hari kujalani di sini, menyukai laki-laki yang terlalu sempurna dan menurutku sangat tidak pantas aku untuknya, ya karena aku tidak mempunyai apa-apa, pandai tidak, cantik tidak, kaya pun juga tidak. Haha jika cintaku terbalas mungkin itu hanya lah mimpi buatku. Aku hanya bisa memperhatikan setiap tingkah lakunya, berdoa untuk kemenangannya setiap ia akan mengikuti kompetisi. Juga sedikit ‘modus’ mendekatinya ke mana ia berada haha. Merasa sedikit tertekan, marah dan cemburu saat ia sedang bercanda dengan perempuan lain atau sedang dibantu oleh perempuan lain. Aku cemburu pada mereka karena aku tak bisa membuat dia tertawa, aku tidak bisa menolongnya saat ia memerlukan bantuan. Yah, karena saat bertemu dengannya saja aku tak berani menatapnya, aplagi tersenyum padanya.
Aku hanya bisa berharap suatu saat ia bisa mengerti perasaan ini dan satu hal yang akan terus aku pertahankan, aku tak akan pernah mau mengatakan duluan bahwa aku menyukainya. Aku percaya bahwa “Setidaknya ada dua orang di dunia ini yang menyukaimu” tetapi akan sangat mustahil jika dia orangnya. Yang bisa aku lakukan adalah belajar sebisaku dan lebih giat lagi agar suatu saat aku bisa melebihinya atau minimal menyamainya, agar suatu saat ia bisa menyadari keberadaanku.